Musik adalah bagian mendasar dari kehidupan manusia. Hampir semua budaya, dari yang paling primitif hingga yang paling maju, menciptakan dan menikmati musik. Hal ini telah terjadi sepanjang sejarah dan terus berlangsung sepanjang kehidupan individu. Baik selaras atau tidak, manusia cenderung bernyanyi dan bersenandung; dengan irama atau tidak, kita bertepuk tangan dan bergoyang; dengan langkah yang tepat atau tidak, kita menari dan melompat.

Otak dan sistem saraf manusia telah dirancang untuk membedakan musik dari kebisingan serta merespons irama, pengulangan, nada, dan melodi. Namun, apakah ini hanya sebuah kebetulan biologis atau memiliki tujuan tertentu? Walaupun jawabannya belum pasti, berbagai penelitian menunjukkan bahwa musik dapat meningkatkan kesehatan dan kinerja manusia.

Musik dan Otak

Seperti suara lainnya, musik masuk ke telinga dalam bentuk gelombang suara. Telinga luar mengumpulkan gelombang suara, lalu mengarahkannya ke saluran telinga hingga mencapai gendang telinga. Ketika gelombang suara mengenai gendang telinga, mereka menyebabkan getaran yang diteruskan melalui serangkaian tulang kecil di telinga tengah hingga mencapai koklea.

Koklea, bagian kecil berbentuk spiral di telinga dalam, berisi cairan yang mengelilingi sekitar 10.000 hingga 15.000 sel rambut halus (silia). Getaran yang diterima koklea menghasilkan gelombang cairan yang membuat sel rambut ini bergerak. Gerakan ini kemudian melepaskan neurotransmitter yang mengaktifkan saraf pendengaran, mengirimkan sinyal listrik ke korteks pendengaran di lobus temporal otak.

Dari sini, pemrosesan menjadi lebih kompleks. Studi dengan pemindaian MRI dan PET menunjukkan bahwa berbagai bagian otak memiliki peran utama dalam menganalisis dan menafsirkan berbagai aspek musik. Misalnya, area kecil di lobus temporal kanan bertanggung jawab untuk memahami nada, yang menjadi dasar dari melodi, akord, dan harmoni. Sementara itu, bagian lain dari otak, seperti otak kecil (cerebellum), mengolah ritme, dan lobus frontal menafsirkan kandungan emosional dalam musik. Musik yang sangat menggugah bahkan bisa mengaktifkan “pusat penghargaan” otak, mirip dengan respons terhadap cokelat atau alkohol.

Meskipun otak manusia secara alami dapat melakukan tugas kompleks dalam memproses musik, otak para musisi lebih terlatih untuk tugas-tugas ini. Sebaliknya, pasien dengan kerusakan otak dapat menunjukkan gangguan dalam memahami musik, seperti yang banyak dibahas oleh ahli saraf Dr. Oliver Sacks dalam bukunya Musicophilia.

Bidang neurobiologi musik sangat luas, tetapi yang jelas, musik juga memengaruhi berbagai aspek kesehatan, termasuk memori, suasana hati, fungsi kardiovaskular, hingga performa atletik.

Artikel Lainnya : Lirik Lagu Malaysia yang Enak Didengar

Musik dan Fungsi Kognitif

Salah satu dampak musik yang paling terkenal adalah Mozart effect. Penelitian menunjukkan bahwa mendengarkan musik, terutama karya Mozart, dapat meningkatkan fungsi kognitif, khususnya dalam penalaran spasial-temporal.

Dalam sebuah studi di Universitas California, Irvine, peserta yang mendengarkan sonata piano Mozart selama 10 menit menunjukkan peningkatan skor IQ dibandingkan dengan mereka yang hanya mendengarkan rekaman relaksasi atau menunggu dalam keheningan. Namun, efek ini hanya berlangsung sekitar 15 menit. Analisis lebih lanjut dari 16 studi serupa menunjukkan bahwa peningkatan IQ akibat mendengarkan Mozart hanya sekitar 2,1 poin.

Meski efek ini kecil dan sementara, penelitian lain menunjukkan bahwa belajar memainkan alat musik dapat meningkatkan kemampuan otak dalam menangani tugas yang melibatkan bahasa, memori, dan perhatian.

Musik dan Stres

Musik telah digunakan di seluruh dunia untuk mengekspresikan emosi dan berkomunikasi. Lebih dari sekadar mengekspresikan perasaan, musik juga dapat mengubah suasana hati seseorang. Seperti yang dikatakan William Congreve pada tahun 1697, “Musik memiliki daya untuk menenangkan hati yang gelisah.”

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa musik dapat mengurangi stres, bahkan dalam situasi sulit seperti operasi. Dalam sebuah penelitian di New York, 40 pasien katarak yang mendengarkan musik sebelum, selama, dan setelah operasi menunjukkan penurunan tekanan darah dan detak jantung dibandingkan dengan mereka yang tidak mendengarkan musik. Selain itu, pasien yang mendengarkan musik merasa lebih tenang selama prosedur medis.

Dalam studi lain, pasien yang menjalani operasi urologi dengan anestesi spinal membutuhkan lebih sedikit obat penenang jika mereka mendengarkan musik dibandingkan dengan mereka yang hanya mendengar kebisingan di ruang operasi. Bahkan pada pasien yang tidak sadar setelah operasi besar, musik dapat mengurangi kebutuhan mereka terhadap obat penenang serta menurunkan kadar hormon stres dalam tubuh.

Musik dan Suasana Hati

Musik tidak hanya menenangkan, tetapi juga dapat meningkatkan suasana hati. Lagu yang ceria dan energik dapat membuat seseorang merasa lebih bahagia dan bersemangat. Bahkan, musik dapat memainkan peran dalam membantu orang yang mengalami depresi. Walaupun musik tidak dapat menggantikan pengobatan medis, efek positifnya terhadap suasana hati sangat nyata.

Musik dan Pergerakan

Jatuh merupakan masalah kesehatan serius bagi orang lanjut usia. Sebuah studi terhadap 134 orang berusia 65 tahun ke atas menemukan bahwa mereka yang mengikuti program latihan berjalan dengan iringan musik mengalami peningkatan keseimbangan dan koordinasi serta mengalami 54% lebih sedikit insiden jatuh dibandingkan dengan mereka yang tidak mengikuti program tersebut. Selain itu, terapi musik berbasis gerakan juga terbukti bermanfaat bagi pasien dengan penyakit Parkinson.

Risiko Cedera pada Musisi

Meskipun musik memiliki banyak manfaat kesehatan, para musisi profesional berisiko mengalami cedera akibat gerakan berulang dan postur tubuh yang tidak ideal saat bermain alat musik. Sebuah studi di Kanada cartel4d menemukan bahwa 39% hingga 47% musisi mengalami cedera akibat penggunaan berlebihan, terutama di area lengan.

Selain itu, paparan suara keras dalam waktu lama dapat menyebabkan gangguan pendengaran, sementara musisi yang memainkan alat musik logam mungkin mengalami reaksi alergi pada kulit. Beberapa gangguan khusus yang dialami musisi antara lain “fiddler’s neck” dan “Satchmo’s syndrome,” yaitu cedera otot di sekitar mulut akibat meniup instrumen dengan tekanan tinggi.

Kesimpulan

Musik memiliki dampak mendalam pada otak dan tubuh manusia. Dari meningkatkan fungsi kognitif hingga mengurangi stres, musik berperan penting dalam kesehatan mental dan fisik. Bahkan, musik dapat meningkatkan suasana hati, mengurangi kecemasan, dan membantu dalam rehabilitasi fisik. Dengan manfaat yang luas ini, mendengarkan musik atau memainkan alat musik bukan hanya sekadar hiburan, tetapi juga bisa menjadi bagian dari gaya hidup sehat.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours